
Fenomena Underemployment di Dunia Kerja
Di dunia kerja, seringkali seseorang bekerja tidak sesuai dengan bidang studinya. Hal ini dikenal sebagai underemployment atau ketidaksesuaian antara jurusan kuliah dan pekerjaan yang dijalani saat ini. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga menjadi tantangan serius bagi dunia kerja global.
Contohnya di Amerika Serikat, data menunjukkan lebih dari separuh lulusan dari jurusan-jurusan tertentu terjebak dalam pekerjaan yang justru tidak sesuai gelar akademiknya. Banyak lulusan S1 mendapat pekerjaan yang bisa dilakukan oleh lulusan SMA. Mereka kesulitan mencari kerja karena kurangnya lowongan kerja yang mencakup kebutuhan lulusan S1.
Survei yang dilakukan O*NET dan laporan Federal Reserve Bank of New York menunjukkan bahwa banyak mahasiswa kuliah jurusan IPA maupun IPS justru mendapatkan pekerjaan yang tidak membutuhkan keilmuan mereka. Hanya sekitar 50 persen lulusan baru dari sejumlah jurusan berhasil memperoleh college-level job dalam tahun pertama setelah lulus.
Penyebab Tingginya Angka Underemployment
Salah satu penyebab tingginya angka underemployment adalah kesenjangan antara sistem pendidikan dan kebutuhan industri. Jumlah lulusan S1 dinilai lebih banyak daripada jumlah pekerjaan yang tersedia bagi mereka. Banyak jurusan masih fokus pada teori akademik, sementara dunia kerja kini lebih menuntut keterampilan teknis dan digital.
Jurusan IPS yang Lulusannya Sulit Cari Kerja Sesuai Bidang
Terdapat beberapa jurusan IPS yang memiliki tingkat underemployment cukup tinggi. Berikut adalah informasi mengenai jurusan-jurusan tersebut:
-
Peradilan Kriminal (Criminal Justice)
Jurusan ini memiliki tingkat underemployment tertinggi, yakni mencapai 67,2 persen. Di Indonesia, ilmu peradilan kriminal ini melebur dalam Jurusan Kriminologi atau Studi Peradilan Pidana. Jurusan ini mempelajari kejahatan, perilaku kriminal, penyebabnya, dan bagaimana sistem peradilan pidana bekerja. Di Amerika Serikat, banyak pekerjaan di sektor penegakan hukum, seperti petugas keamanan, polisi lokal, atau staf administrasi pengadilan, hanya memerlukan pelatihan teknis atau sertifikat khusus, bukan pendidikan S1 penuh. -
Seni Pertunjukan (Performing Arts)
Jurusan Seni Pertunjukan mencatat tingkat underemployment sebesar 62,3 persen. Lulusan bidang ini kerap bekerja di industri kreatif informal, seperti hiburan, pendidikan seni, hingga sektor pariwisata. Meski begitu, peluang menjadi seniman di Indonesia masih memungkinkan dengan bantuan digital dan media sosial. -
Ilmu Humaniora (Humanities)
Jurusan Ilmu Humaniora menghadapi tingkat underemployment sekitar 56,5 persen. Lulusan bidang ini biasanya memiliki kemampuan analisis, menulis, dan berpikir kritis, tetapi tantangan muncul karena lapangan kerja spesifiknya terbatas. Di Indonesia, secara spesifik tidak ada jurusan ilmu humaniora. Tetapi Jurusan humaniora di Indonesia mencakup berbagai program studi seperti sastra, sejarah, filsafat, linguistik, dan seni. -
Antropologi (Anthropology)
Jurusan Antropologi mencatat underemployment sebesar 55,9 persen. Sebagian besar bekerja di bidang penelitian terapan, lembaga non-profit, atau perusahaan swasta di bagian riset pasar dan sumber daya manusia. Jurusan ini dinilai tak banyak dibutuhkan industri, sebab terlalu spesifik. -
Pariwisata dan Perhotelan (Hospitality and Tourism)
Jurusan Pariwisata dan Perhotelan mencatat tingkat underemployment sebesar 54,5 persen. Banyak lulusan bekerja di sektor layanan pelanggan, restoran, atau manajemen acara yang sebenarnya tidak memerlukan gelar S1. Pemandu wisata, penyedia layanan jasa wisata, kebanyakan bisa diisi oleh orang yang tak punya gelar S1. -
Sosiologi (Sociology)
Jurusan Sosiologi memiliki tingkat underemployment sekitar 54,1 persen. Bidang ini menekankan analisis sosial dan penelitian, tetapi lapangan pekerjaan spesifik seperti peneliti sosial atau analis kebijakan terbatas. Di Indonesia, jurusan sosiologi masih terbuka pada lowongan CPNS. -
Ilmu Sosial Umum (General Social Sciences)
Jurusan Ilmu Sosial Umum memiliki tingkat underemployment serupa, yaitu 54,1 persen. Karena sifatnya yang luas dan interdisipliner, banyak lulusan bekerja di bidang umum seperti pemasaran, pelayanan publik, atau administrasi. Kurangnya spesialisasi membuat lulusan bidang ini kompetitif di berbagai sektor, tetapi juga sulit menembus pekerjaan yang secara langsung relevan dengan jurusan akademiknya. -
Kebijakan Publik dan Hukum (Public Policy & Law)
Jurusan Kebijakan Publik dan Hukum memiliki tingkat underemployment sebesar 53,9 persen. Setelah lulus dari jurusan hukum, tak serta merta langsung bisa menjadi pengacara atau notaris. Sehingga harus melanjutkan pendidikan dahulu dan memerlukan waktu serta biaya yang cukup besar. -
Seni Rupa (Fine Arts)
Jurusan Seni Rupa mencatat tingkat underemployment sebesar 53,4 persen. Meskipun lulusan memiliki kemampuan kreatif tinggi, industri seni rupa di Amerika sangat kompetitif dan cenderung freelance. Banyak lulusan bekerja di bidang desain grafis, penjualan, atau pendidikan seni informal untuk bertahan hidup secara finansial. Keterbatasan lapangan kerja formal membuat jurusan ini termasuk dalam daftar dengan risiko underemployment tinggi.