
Operasi Modifikasi Cuaca Dilakukan di Tiga Provinsi
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah memulai Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) secara serentak di tiga provinsi, yaitu Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Di wilayah Sumatera Utara, OMC telah dimulai lebih awal pada Kamis (27/11) dari Posko Bandara Kualanamu. Operasi lintas kementerian dan lembaga ini bertujuan untuk mengurangi potensi curah hujan di kawasan rawan bencana melalui rekayasa pengalihan awan hujan ke wilayah yang lebih aman.
Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto S.Sos., M.M. menjelaskan bahwa operasi ini dilaksanakan di masing-masing provinsi sebagai bagian dari upaya mitigasi risiko bencana. Di Aceh, OMC baru resmi dimulai Jumat (28/11) kemarin menggunakan pesawat PK-SNP dari Posko Bandara Sultan Iskandar Muda. Sementara itu, di Sumatera Utara, OMC telah dimulai lebih awal pada Kamis (27/11) dari Posko Bandara Kualanamu, dengan empat sortie penerbangan yang telah diselesaikan hingga saat ini, menggunakan total 3.200 kilogram bahan semai Natrium Klorida (NaCl) dan Kalsium Oksida (CaO).
Operasi di Sumatera Barat dijadwalkan akan mulai beroperasi Sabtu (29/11) hari ini, dengan mengerahkan pesawat PK-DPI dan PK-SNK dari Posko Bandara Internasional Minangkabau. Intervensi Modifikasi Cuaca ini menjadi sangat krusial mengingat kondisi darurat terkini, di mana intensitas hujan ekstrem telah memicu banjir meluas di wilayah Aceh, meningkatkan ancaman longsor dan banjir bandang di sebagian besar Sumatera Utara, serta menimbulkan dampak serius pada infrastruktur dan pemukiman di Sumatera Barat.
Perkembangan Korban Longsor di Tiga Provinsi
Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto S.Sos., M.M. menyampaikan perkembangan penanganan bencana hidrometeorologi yang melanda Provinsi Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatra Barat dalam konferensi pers. Dalam keterangannya, sebanyak 174 jiwa meninggal dunia, 79 hilang, dan 12 luka-luka akibat bencana ini. Di Sumatera Utara, tercatat 116 korban meninggal dunia dan 42 orang hilang, dengan korban tersebar di beberapa wilayah seperti Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Kota Sibolga, Humbang Hasundutan, Kota Padang Sidempuan, serta Pakpak Barat.
Di Aceh, tercatat 35 korban meninggal, 25 orang hilang, dan 8 luka-luka. Korban terbanyak berasal dari Bener Meriah, Aceh Tenggara, dan Aceh Tengah. Sementara itu, di Sumatera Barat, tercatat 23 korban meninggal, 12 orang hilang, dan 4 luka-luka yang tersebar di beberapa wilayah seperti Padang Panjang, Tanah Datar, Agam, Kota Padang, serta Pasaman Barat.
Dampak Infrastruktur dan Logistik Darurat
Gangguan infrastruktur turut berdampak pada akses transportasi di berbagai wilayah. Di Tapanuli Selatan, jalur nasional Sidempuan–Sibolga terputus di satu titik, sementara jalur Sipirok–Medan terputus di dua titik. Di Mandailing Natal, beberapa ruas jalan seperti Singkuang–Tabuyung dan Bulu Soma–Sopotinjak terputus akibat banjir dan longsor. Upaya pembukaan akses dilakukan melalui pengerahan alat berat.
Penyaluran logistik telah dilakukan terutama di Tapanuli Tengah dan Mandailing Natal, termasuk bantuan beras, makanan siap saji, tenda, terpal, serta family kit. Pemerintah pusat juga mengerahkan personel BNPB, TNI/Polri, serta dukungan lintas kementerian/lembaga. Bantuan Presiden berupa alat komunikasi, genset, LCR, kompresor, tenda, dan kebutuhan konsumsi telah disalurkan. Dukungan alutsista meliputi pesawat Caravan, helikopter Airbus EC 155 untuk distribusi logistik-peralatan dan alat berat untuk mempercepat pembukaan akses desa terdampak.
Penanganan Komunikasi Darurat
Bencana ini turut mengganggu sistem jaringan telekomunikasi sehingga memicu keterlambatan pendataan, distribusi hingga perkembangan informasi di lapangan. BNPB mendatangkan solusi berupa penyediaan alat penyedia jaringan internet Starlink yang sementara ditempatkan di lokasi pengungsian maupun di posko penanganan darurat.
Pengungsi dan Akses Transportasi di Aceh
Pengungsian tersebar luas di 20 kabupaten/kota, termasuk 96 titik di Kota Lhokseumawe. Kondisi ini menjadi perhatian utama pemerintah daerah dan pusat untuk percepatan distribusi logistik dan layanan dasar. Per sore ini, yang mengungsi ada 4.846 KK. Akses transportasi di beberapa wilayah Aceh mengalami kerusakan signifikan. Jalur nasional perbatasan Sumut–Aceh terputus akibat longsor. Kerusakan jembatan di Meureudu menyebabkan terhentinya konektivitas Banda Aceh–Lhokseumawe–Aceh Timur–Langsa–Aceh Tamiang.
Sejumlah kabupaten seperti Gayo Lues, Aceh Tengah, dan Bener Meriah saat ini tidak dapat diakses melalui jalur darat karena kerusakan total pada jalan nasional maupun jembatan. Jalur udara menjadi alternatif utama dengan pemanfaatan Bandara Perintis Gayo Lues dan Bandara Rembele Bener Meriah.
Bantuan Logistik di Sumatera Barat
Untuk menjaga kelancaran komunikasi darurat, perangkat Starlink telah dipasang di Gayo Lues, Aceh Tengah, dan Bener Meriah, serta dalam proses mobilisasi ke beberapa wilayah lainnya. Penyaluran logistik dilakukan antara lain di Kota Lhokseumawe berupa beras, mie instan, minyak goreng, telur, gula, diaper, dan obat-obatan. Pemerintah pusat mengerahkan 26 personel BNPB serta mengirimkan bantuan Presiden melalui tiga pesawat Hercules yang membawa logistik berupa beras, gula, minyak, mie instan, perangkat komunikasi, tenda, genset, LCR, dan kompresor.
Di Sumatera Barat, tercatat 23 korban meninggal, 12 orang hilang, dan 4 luka-luka yang tersebar di beberapa wilayah seperti Padang Panjang, Tanah Datar, Agam, Kota Padang, serta Pasaman Barat. Beberapa wilayah melaporkan titik pengungsian, di antaranya 50 titik di Pesisir Selatan, 3 titik di Kota Padang, dan beberapa titik lain di Kabupaten Solok, Pasaman, dan Tanah Datar. Jumlah total sementara pengungsi ada 3.900 KK.