
Di era di mana hampir semua orang melakukan belanja melalui ponsel, jualan online bukan lagi sekadar pilihan—tapi keharusan yang tidak bisa dilewatkan. Mulai dari produk rumahan, barang bekas, makanan, hingga jasa, semuanya bisa dijual secara digital. Namun, dengan banyaknya pesaing, pertanyaan pentingnya adalah: bagaimana caranya agar jualan online bisa menghasilkan cuan?
Tenang, kuncinya bukan hanya soal "viral". Ada banyak strategi sederhana yang sering diabaikan padahal efeknya besar. Saya juga seorang penjual online, menjual tulisan dan itinerary. Lalu, ada banyak prinsip dalam digital marketing yang bisa diterapkan agar jualan online semakin menghasilkan cuan. Yuk, kita diskusikan bersama apa saja praktik dalam digital marketing yang bisa kita gunakan untuk jualan online kita.
1. Kenali Dulu Produk dan Pembelinya
Dalam digital marketing, ada yang disebut target audience (TA). Usia berapa, jenis kelaminnya apa, tinggal di mana, aktivitasnya apa, kemampuan ekonominya bagaimana, dan psikografinya seperti apa. Berbeda TA, berbeda pula strategi digital marketing-nya. Dari mulai gaya bahasanya, tipe kontennya, bentuk kontennya, dan lain sebagainya.
Pun dengan jualan online. Sebelum memikirkan di mana akan menjual atau pakai konten seperti apa, hal pertama yang wajib kamu pahami adalah:
- Produk/jasa kamu itu solusi untuk masalah apa?
- Siapa orang yang sebenarnya butuh produk/jasa itu?
Misalnya: - Kamu jual kue kering premium: targetnya bukan semua orang, tapi orang yang ingin memberi hadiah atau suka cemilan premium. - Kamu jual jasa paket wisata: targetnya adalah orang-orang yang suka jalan-jalan tapi tidak mau repot, dan bukan orang yang budgetnya pas-pasan.
Semakin jelas target pembelinya, semakin mudah kamu membuat konten, harga, hingga strategi jualan yang tepat sasaran.
2. Optimalkan Foto Produk
Visual adalah faktor nomor satu yang menentukan orang berhenti scroll dan akhirnya membeli. Bahkan, produk biasa-biasa aja bisa terlihat "mahal" dengan foto yang bagus. Ini juga salah satu alasan brand mempekerjakan digital agency untuk mengelola media sosialnya. Biar feed-nya rapi, bagus, dan berkarakter. Ada visual guideline yang terdiri dari skema warna, tipografi, layout, dsb.
Tidak perlu kamera mahal. Dengan cahaya alami dan background sederhana, hasilnya sudah cukup menjual. Saya biasanya menggunakan formula ini untuk membuat foto produk yang saya review sebagai content creator:
- Sebisa mungkin gunakan cahaya alami, misalnya dekat jendela.
- Hindari background yang terlalu ramai, biar fokus visual ada di produkmu.
- Foto dari beberapa sudut. Selain buat alternatif, juga buat stok buat posting nanti-nanti.
- Tampilkan juga "detail" atau "close-up" agar pembeli makin yakin. Kalau kamu jualan makanan, detail tekstur sambal atau kremesan ayam gorengmu bakal membuat calon pembeli tergoda.
Kalau kamu jualan jasa kayak jasa foto atau desain grafis, gunakan portofolio yang jelas dan berurutan seperti before-after, proses kerja, dan testimoni.
3. Hidupkan dengan "Manusia"
Jaman sekarang, orang membeli dari orang, bukan dari iklan yang mampir permisi. Orang lebih yakin kalau kelihatan "siapa" yang jualan, siapa timnya, dan gimana review dari sesama konsumen. Istilah kerennya, employee generated content dan user generated content. Tengoklah akun-akun kayak @tenuedeattire, @tadaimabakehouse, atau @hadiprinting.
Makanya, coba sesekali muncul di video. Memperkenalkan produk, menunjukkan cara pakai lah, atau sekadar biar engage sama audiensmu. Tidak harus setiap hari, tapi yang penting bisa meningkatkan kepercayaan dan membuat akunmu terasa lebih "hidup".
4. Pakai Copywriting yang Menggoda
Caption dan deskripsi produk sering disepelekan, padahal inilah yang membantu pembeli membuat keputusan. Seperti kata pepatah, "Kata-kata adalah pedang yang tajam." Yang dapat diartikan, kata-kata adalah senjata.
Beberapa formula sederhana yang biasa saya pakai untuk meracik copywriting adalah:
- Masalah (apa yang mereka alami)
- Solusi (produk/jasa kamu)
- Kelebihan (beda kamu dengan kompetitor)
- Aksi (ajak beli sekarang, misal biar dapet promo atau limited edition) ciptakan sense of urgency.
Contoh: Lagi cari cemilan yang renyah tapi nggak bikin seret? Cobain Cookies Melt kami, dibuat fresh tiap hari, tanpa pengawet. Sekarang tersedia paket hemat untuk 2 toples. Yuk order sebelum sold out!
Copy yang jujur, simple, dan relevan jauh lebih efektif daripada yang berlebihan.
5. Konsisten, Tapi Jangan Asal
Banyak orang mengira kunci jualan adalah "sering posting" doang. Padahal, kualitas juga harus dipikirkan.
Buat Instagram Feed dan TikTok, frekuensi posting yang ideal biasanya 2-3x post per minggu. Kalau IG Stories-nya, bisa setiap hari. Buat content pillar buat jadi panduan kamu bikin konten, contoh: product knowledge, daily life, riding the trend, dan testimonial. Testimoni adalah "mesin cuan" yang sering disepelekan. Pembeli baru butuh bukti bahwa kamu terpercaya. Bisa dari komentar, DM, chat, review di e-commerce, atau review di Google.
Nggak harus eksis di semua platform juga, pilih 2-3 medsos yang paling cocok sama audiens kamu, misalnya Instagram sama TikTok aja, atau Instagram dan LinkedIn kalau bisnismu lebih fokus buat b2b (business to business)
6. Tingkatkan Skill Komunikasi dan Pelayanan
Sayangnya, ini hal yang sering luput oleh para penjual online di e-commerce. Kemampuan komunikasinya jelek banget. Ada pelanggan yang marah-marah bukannya diademin dulu dengan minta maaf, malah balik ngegas! Ada konsumen yang kasih masukan, malah playing victim. Slow response, orang chat kapan dibalesnya kapan, cuma pakai bot pula.
Padahal, kunci jualan online itu komunikasi. Cara kamu membalas chat bisa menentukan jadi tidaknya transaksi, atau lanjut enggaknya pemesanan berikutnya. Balas dengan cepat, ramah, sabar, dan nggak menyudutkan calon pembeli. Iya, memang banyak calon pembeli yang rada-rada, tapi coba layani dulu dengan sabar atau minimal netral. Ingat, mereka belum kenal kamu. Salah reply bisa bikin mereka go away.
7. Paid Ads
Ini memang tips yang modal, tapi bakal efektif banget saat sudah berhasil, bisa mengembalikan modalmu berkali lipat. Paid ads adalah iklan berbayar di media sosial dan internet pada umumnya, termasuk Google Ads.
Tidak harus dari awal, tapi kalau omzet sudah berjalan stabil, kamu bisa mempertimbangkan iklan di IG, TikTok, Youtube, atau Google Ads. Mulailah dari budget kecil sekadar testing. Iklan memang bukan jalan instan, tapi kalau dilakukan dengan benar bisa melipatgandakan traffic dan penjualan.
8. Awali sebagai Reseller/Affiliate
Punya bisnis jualan online sendiri mungkin jadi impian banyak orang saat ini. Seperti yang saya bahas sebelumnya, bisnis sendiri itu menawarkan fleksibilitas dan kendali penuh akan apa, kapan, dan bagaimana kita mengerjakannya. Tapi, mungkin ada yang udah jalan mundur duluan karena berpikir harus punya modal dulu baru bisa jualan.
Padahal, kamu bisa mulai jualan online dengan modal minim, atau bahkan tanpa modal sama sekali. Caranya? Jadi reseller atau dropshipper. Atau, role yang sekarang lagi kekinian: affiliate. Minim modal, minim risiko juga, tapi tetap bisa cuan. Pelan-pelan kalau bisnis udah menguntungkan, bisa mulai stok barang sendiri. Tinggal dioptimalkan dengan akun media sosial pribadi masing-masing biar potensi cuan semakin menjanjikan!
Penutup: Jualan Online Itu Bukan Sekadar Upload--Tunggu--Laku
Di balik akun yang laris manis, ada proses panjang. Dari riset, trial atau A/B testing, gagal dulu, riset lagi, coba lagi, memperbaiki apa yang masih kurang, konsisten bangun kepercayaan, hingga akhirnya pelanggan terus berdatangan.
Tapi kabar baiknya, siapa pun bisa memulai.
Kalau kamu jalani dengan strategi dan timing yang tepat, jualan online bukan hanya menghasilkan cuan, tapi juga membuka peluang-peluang baru yang mungkin tidak pernah kamu bayangkan. Semangat, berjualan!