
Pengalaman Unik Seorang Mahasiswa yang Berprestasi di Olahraga Petanque
Pagi itu, Ahad (16/11/2025), saya terhubung melalui saluran daring dengan seorang pemuda yang suaranya terdengar tenang dan teratur. Dia adalah Bambang Taruna Pratama Yudha, mahasiswa semester satu dari Universitas Al Ghifari. Meskipun baru di dunia kampus, Bambang menyimpan cerita prestasi yang unik. Ia bukan hanya berkutat dengan kode dan logika Sistem Informasi, tetapi juga membawa pulang medali perunggu dari Babak Kualifikasi Pekan Olahraga Provinsi (BK Porprov) cabang olahraga Petanque.
Petanque. Bagi sebagian besar orang, nama olahraga ini mungkin masih asing. Tapi bagi Bambang, Petanque telah menjadi lebih dari sekadar kegiatan, ia menjadi guru terbesar dalam melatih mental dan pola pikirnya. Obrolan kami berpusat pada bagaimana bola-bola besi kecil itu membentuk mindset juaranya saat menghadapi tekanan.
Bambang memulai ceritanya dengan pengakuan bahwa perjalanannya di Petanque dimulai dari sebuah ketidaksengajaan. Ia mengenal olahraga asal Prancis ini sejak duduk di bangku SMP. Kala itu, Petanque masih dianggap sebagai olahraga sampingan atau bahkan asing sama sekali. Meski belum mendalaminya, pengalaman pertama itu cukup meninggalkan kesan yang kuat.
Ketertarikan itu kemudian tumbuh ketika ia memasuki masa SMA. Bambang mulai aktif berlatih dan mengikuti beberapa pertandingan kecil. Di sinilah ia mulai membangun pemahaman dasar tentang teknik dan strategi. Masa SMA adalah fondasi penting yang menyiapkan dirinya untuk langkah tak terduga di masa depan.
Titik baliknya terjadi pada tahun 2023. Tiba-tiba, ia mendapat panggilan untuk bergabung dalam proses pembinaan tim Petanque Kota Bandung. Panggilan itu datang sebagai persiapan menuju BK Porprov 2025. Bambang mengakui, awalnya ia terkejut. Tidak pernah terbayang bahwa ia akan terlibat sejauh ini dalam olahraga yang ia tekuni dari rasa penasaran.
Rasa penasaran itu kini berubah menjadi komitmen. Latihan yang ia jalani menjadi sangat intens. Bambang mulai menyadari bahwa Petanque bukanlah permainan untung-untungan. Ia menuntut ketepatan, perhitungan jarak, teknik lemparan yang presisi, dan yang paling sulit, strategi yang harus berubah-ubah sesuai kondisi lapangan pasir.
Anatomi Lemparan dan Logika Keputusan
Petanque adalah olahraga yang terlihat lambat, tetapi sebenarnya penuh dengan keputusan cepat. Bambang menjelaskan bahwa di lapangan, setiap lemparan adalah sebuah langkah strategis yang memiliki risiko besar. Ini bukan sekadar melempar bola besi (bosi) sedekat mungkin ke bola target (jack).
Dalam tim Triple Man, Bambang dan rekan-rekannya harus memilih peran di setiap babak. Apakah mereka harus menjadi Pointer yang mendekati jack, atau Shooter yang bertugas menyingkirkan bola lawan. Keputusan ini harus diambil dengan cepat, tetapi tetap berdasarkan perhitungan yang matang.
Sebagai mahasiswa Sistem Informasi, Bambang merasa ada korelasi antara Petanque dan studinya. Keduanya membutuhkan logika yang sistematis. Sebelum melempar, Bambang harus memproses data: jarak yang tersisa, kemiringan lapangan, tekstur pasir, dan posisi bola lawan.
Keputusan harus didasarkan pada data dan probabilitas, bukan intuisi semata. Misalnya, memilih untuk shooting bola lawan yang berisiko jauh lebih tinggi tetapi menghasilkan poin lebih besar, atau memilih pointing yang lebih aman.
Mindset Juara: Seni Menerima Kegagalan Cepat
Bambang menegaskan bahwa Mindset Juara di Petanque bukanlah tentang tidak pernah gagal, melainkan tentang mengatur pola pikir agar kegagalan tidak berlarut-larut. Di lapangan, ada kalanya lemparan meleset jauh dari sasaran, atau strategi yang sudah dibangun ternyata dibaca oleh lawan.
Saat lemparan itu meleset, Bambang harus segera melakukan self-correction mental. Ia tidak punya waktu untuk menyesal, mengutuk, atau panik. Ia harus segera reset pikiran dan fokus pada tugas selanjutnya, yaitu mendukung rekan tim yang akan melempar berikutnya.
Inilah skill set rahasia yang ia dapatkan: Disiplin Mental. Disiplin ini mengajarkan bahwa kegagalan hanyalah data untuk perbaikan, bukan hukuman mati. Kemampuan untuk bangkit dari kegagalan dalam hitungan detik ini sangat krusial, dan ia percaya ini adalah pelajaran yang tak ternilai harganya bagi kehidupan profesional.
Perunggu sebagai Formula Konsistensi Jangka Panjang
Keberhasilan meraih Juara 3 dan medali perunggu di BK Porprov adalah puncak pencapaian Bambang dan timnya. Bagi Bambang pribadi, ini adalah validasi bahwa usaha dan konsistensi selama berbulan-bulan tidak sia-sia. Medali itu adalah bukti fisik dari proses pembentukan diri yang intens.
Namun, medali perunggu ini justru menjadi formula motivasi bagi dirinya. Bambang tidak memandangnya sebagai garis akhir, melainkan sebagai fondasi yang harus diperkuat. Ada rasa bangga, tetapi juga dorongan kuat untuk melangkah lebih jauh. Ia tahu bahwa ia belum selesai.
Mindset Juara tidak berhenti setelah menang. Ia adalah kesadaran bahwa latihan harus ditingkatkan, teknik harus diperbaiki, dan mental harus diperkuat lagi untuk menghadapi Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) 2026. Perunggu adalah tolok ukur, bukan batas tertinggi.
Bambang kini melihat Petanque bukan lagi sebagai hobi, melainkan sebagai bagian integral dari identitas dirinya. Olahraga yang dulunya dianggap "asing" ini justru memberinya bekal unik: konsistensi, kesabaran, kemampuan kerjasama, dan mindset yang tenang di bawah tekanan.
Keterampilan ini sangat relevan dan akan membantunya menyeimbangkan tuntutan kuliah di Sistem Informasi dan kehidupan pribadi. Ia siap kembali menjalani latihan rutin dan menghadapi babak selanjutnya.