Profil Kiai Miftachul Akhyar, Pengganti Gus Yahya Sejak 2018

Erlita Irmania
0
Profil Kiai Miftachul Akhyar, Pengganti Gus Yahya Sejak 2018

Perubahan Kepemimpinan di PBNU

PBNU, organisasi yang sangat penting dalam dunia keagamaan dan sosial di Indonesia, telah mengalami perubahan kepemimpinan. Dengan berakhirnya masa jabatan Gus Yahya sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), posisi tersebut kini digantikan oleh Kiai Miftachul Akhyar. Perubahan ini menandai sebuah momen penting dalam sejarah organisasi NU.

Profil Kiai Miftachul Akhyar

Kiai Miftachul Akhyar, yang berusia 72 tahun, adalah seorang ulama ternama yang telah menjabat sebagai Rais 'Aam PBNU sejak tahun 2018. Jabatan Rais 'Aam merupakan posisi tertinggi dalam struktur Syuriah PBNU. Ia lahir di Surabaya pada tanggal 30 Juni 1953. Sebagai putra dari KH Abdul Ghoni, pengasuh Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq Rangkah, ia memiliki latar belakang pendidikan agama yang kuat.

Pendidikan Kiai Miftachul Akhyar meliputi waktu mondok di beberapa pondok pesantren terkemuka seperti Tambak Beras, Sidogiri, dan Lasem. Selain itu, ia juga mengikuti Majelis Ta'lim Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Makki Al-Maliki di Malang. Pendidikan ini memberinya wawasan luas tentang ilmu agama dan tradisi pesantren.

Karier dan Kontribusi

Dalam karier keorganisasian, Kiai Miftachul Akhyar pernah menjabat berbagai posisi penting, termasuk Rais Syuriyah PCNU Surabaya dari tahun 2000 hingga 2005, Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur dari tahun 2007 hingga 2018, serta Wakil Rais Aam PBNU dari tahun 2015 hingga 2020. Ia juga pernah menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) sejak 2020, namun kemudian mengundurkan diri pada 9 Maret 2022 untuk fokus pada jabatan Rais 'Aam PBNU.

Rekam Jejak dan Pengaruh

Sebagai pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah di Surabaya, Kiai Miftachul Akhyar dikenal dengan dedikasinya dalam mendidik generasi muda. Ia juga memiliki rekam jejak yang kuat dalam membangun hubungan antara pesantren dengan masyarakat sekitarnya. Di Kedung Tarukan, ia berhasil mengubah pandangan negatif masyarakat terhadap dakwah dengan menjunjung nilai-nilai religius dan akhlak yang tinggi.

Kesederhanaannya dalam berinteraksi dengan tamu juga menjadi ciri khasnya. Menurut Ahmad Karomi, genealogi keilmuan Kiai Miftachul Akhyar tidak diragukan lagi. Ia memiliki kedekatan dengan tokoh-tokoh besar dalam dunia pesantren, seperti Syekh Masduki Lasem.

Perubahan Kepemimpinan dan Alasan

Perubahan kepemimpinan PBNU ini disebabkan oleh beberapa alasan. Salah satu alasan utama adalah adanya pemanggilan narasumber yang diduga memiliki keterkaitan dengan jaringan Zionisme Internasional. Hal ini dinilai tidak sejalan dengan prinsip-prinsip PBNU dalam membela kemanusiaan. Selain itu, ada peninjauan terhadap tata kelola keuangan organisasi agar selaras dengan hukum syara’ dan regulasi negara.

Rapat Harian Syuriyah PBNU menyatakan bahwa Gus Yahya harus mundur dari jabatan Ketua Umum dalam waktu tiga hari. Jika tidak, maka ia akan diberhentikan secara resmi. Namun, Gus Yahya menolak permintaan ini dan menegaskan bahwa ia hanya bisa diberhentikan melalui forum muktamar.

Tanggapan dan Perspektif

Gus Yahya menyatakan bahwa ia tidak akan mundur dan akan menjalani mandat lima tahunnya sesuai dengan hasil pemilihan dalam Muktamar ke-34 di Lampung tahun 2021. Ia yakin bahwa masalah internal akan segera terselesaikan dengan cara yang baik untuk kemaslahatan bersama.

Sementara itu, Rais 'Aam PBNU, Kiai Miftachul Akhyar, mengambil alih kepemimpinan sementara hingga terbentuknya keputusan baru. Keputusan ini diambil berdasarkan pertimbangan hukum dan mekanisme organisasi yang berlaku.

Penutup

Perubahan kepemimpinan di PBNU menunjukkan dinamika internal organisasi yang kompleks. Dengan peralihan jabatan dari Gus Yahya ke Kiai Miftachul Akhyar, PBNU berharap dapat menjalankan misinya dengan lebih efektif dan sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.

Posting Komentar

0 Komentar

Posting Komentar (0)
3/related/default