Bagaimana Gen Z di Tim Editorial FD Menanggapi 'Memiliki Pacar Jadi Malu?'

Erlita Irmania
0

Pandangan Gen Z terhadap Hubungan Romantis

Vogue memunculkan pertanyaan besar, apakah memiliki pacar kini terasa memalukan? Yuk lihat sudut pandang Gen Z dengan tren terbaru ini! Dulu, memiliki pacar sempat menjadi pencapaian yang membuat bangga. Tapi di era ini, terutama di kalangan Gen Z, status dalam hubungan justru bisa terasa biasa saja atau agak memalukan? Itulah yang menjadi pembahasan menarik dari artikel Vogue berjudul ‘Is Having a Boyfriend Embarrassing Now?’ yang sempat viral di media sosial. Artikel tersebut menyoroti bagaimana generasi muda kini mulai mempertanyakan makna hubungan romantis, apakah benar cinta masih harus diumumkan, atau justru lebih berharga saat dijalani diam-diam?

Menariknya, di tim Editorial FD sendiri banyak Gen Z yang juga punya pandangan unik soal hubungan. Saya pun penasaran, apakah artikel Vogue ini terasa relate buat mereka? Untuk tahu jawabannya, saya pun memberikan beberapa pertanyaan terkait pembahasan di artikelnya, kalau kamu penasaran akan jawaban mereka bisa simak artikel ini ya!

Apakah punya pacar masih terasa sebagai pencapaian atau sudah biasa saja?


Beberapa tahun lalu, memiliki pacar sering dianggap milestone yang perlu diumumkan ke dunia, mulai dari update status sampai soft launching di Instagram. Tapi sekarang, vibe-nya udah berubah. Banyak yang melihat hubungan sebagai hal personal, bukan lagi pencapaian yang perlu divalidasi publik. Waktu saya tanya ke teman-teman Gen Z di tim Editorial FD, mereka pun sepakat, hubungan bukan soal status, tapi soal koneksi dan kenyamanan yang dibangun bareng seseorang.

Sekar:
Menurut saya, di usia mau 25 ini merasa punya pacar itu bukan sesuatu pencapaian. Mungkin buat sebagian orang iya and it’s okay. Tapi menurutku, having a great partner yang benar-benar bisa memenuhi setiap aspek hidup kita mungkin baru bisa dibilang pencapaian, apalagi di situasi sekarang yang susah banget nemuin orang kayak gitu.

Salma:
Jujur, dari dulu saya nggak pernah mikir kalau punya pacar itu pencapaian. Saya pikir, masyarakat sekarang juga nggak terlalu menganggap itu sesuatu yang besar, karena punya pacar itu lebih ke part of life aja, bukan achievement yang harus dibanggakan. Tapi kalau mau dibanggakan juga nggak apa-apa, tergantung masing-masing orang.

Alcha:
Punya pacar itu bukan soal keharusan, tapi pilihan. Karena punya pacar bukan pencapaian, melainkan keputusan untuk berbagi hidup atau kamu juga bisa kok memilih menikmati diri sendiri dulu dengan menjadi single.

Cloudya:
Dari yang saya lihat di lingkungan sekitar, punya pacar itu bukan lagi pencapaian, tapi cara untuk menyalurkan cinta dan merasa dicintai. Di usia dewasa, hubungan yang intimate dan punya support system itu penting banget. Jadi, kalau dibilang pencapaian sih nggak ya, biasa aja. Punya pacar oke, nggak punya juga oke. It doesn’t define who you are!

Dari obrolan ini, terlihat banget kalau buat banyak Gen Z, punya pacar udah nggak lagi dianggap sebagai validasi diri. Hubungan sekarang lebih dilihat sebagai ruang untuk tumbuh bersama atau bahkan memilih untuk tumbuh sendirian pun tetap valid.

Kalau punya hubungan lebih suka keep it private atau show it off?


Jika dulu pasangan sering dijadikan konten wajib di feed atau story Instagram, sekarang banyak yang mulai mikir dua kali sebelum posting foto bareng pacar. Entah karena ingin menjaga privasi, takut kena evil eye, atau sekadar merasa nggak perlu diumbar ke publik, semuanya sah-sah aja. Di era di mana batas antara kehidupan pribadi dan sosial media makin tipis, cara seseorang mengekspresikan hubungannya juga makin beragam. Waktu saya tanya ke tim Editorial FD soal ini, jawabannya pun menarik banget:

Sekar:
Kalau saya pribadi lebih suka membagikan cerita relationship-ku sesuai porsinya. Jadi, not too private, karena aku merasa cerita bahagia juga harus di-share, tapi not to overshare juga.

Salma:
Saya tipe yang keep private sih. Bahkan bisa dihitung jari postingan saya tentang pasangan, padahal udah bertahun-tahun relationship-nya. Saya biasanya lebih share ke inner circle aja, bukan ke sosmed yang isinya banyak banget orang.

Alcha:
Saya suka nunjukin hubungan, tapi secukupnya aja. Karena buat saya, yang penting hubungannya nyata, bukan sekadar update di sosial media.

Cloudya:
To some extent, saya suka posting dan share our stories to everyone, but I want to keep it private as well. Lebih mindful aja dan dipertimbangkan apa yang baik untuk di-share dan apa yang mungkin orang lain nggak perlu tahu. Tapi, sebagai Gen Z, saya punya akun yang lebih private dan isinya teman-teman terdekat. Kalau di akun itu, aku lebih oversharing soal relationship.

Kenapa banyak yang merasa lebih keren dan bebas saat single?


Siapa sih yang nggak pernah dengar kalimat, 'single life is the best life'? Sepertinya, belakangan ini banyak banget yang mulai embrace kehidupan single sebagai momen buat fokus ke diri sendiri, eksplor hal-hal baru, atau sekadar menikmati kebebasan tanpa perlu kompromi sama siapa pun. Bukan berarti anti-relationship, tapi lebih ke memahami kalau kebahagiaan itu nggak selalu datang dari punya pasangan. Nah, waktu saya tanya ke teman-teman Gen Z di tim Editorial FD soal ini, ternyata banyak yang ngerasa hal yang sama:

Sekar:
Bisa jadi mereka yang single merasa punya 'pilihan' tanpa punya kaitan atau memikirkan orang lain dalam pilihan itu. Karena nggak bisa dipungkiri kalau berkomitmen itu butuh kompromi yang besar.

Salma:
Mungkin saat single kita merasa bisa ngelakuin apapun sendiri tanpa embel-embel bantuan pasangan. Jadi kayak we can do everything without a boyfriend! Saya juga merasa pas nggak punya pasangan itu justru lebih banyak hal yang bisa dieksplor. Tapi tentu tiap hubungan beda-beda, nggak bisa dipukul rata juga.

Alcha:
Soalnya bagi saya pada saat lagi single tuh nggak bergantung sama siapa pun, saya ngerasa paling bebas. Lebih kuat, lebih tahu arah, dan lebih kenal diri sendiri.

Cloudya:
Untuk saya pribadi, it’s the concept of how you can finally enjoy and get to know yourself fully! Kadang hubungan bisa jadi posesif atau punya aturan yang cukup mengikat, padahal belum tentu nyaman bagi kedua pihak. Sementara saat single, fokusnya lebih ke diri sendiri, mengenal apa yang kita mau, tanpa harus mempertimbangkan kepentingan 'significant other'. Ibaratnya, you do you!

Dari semua jawaban di atas, bisa dibilang Gen Z punya cara pandang yang jauh lebih grounded soal hubungan. Punya pacar bukan lagi simbol status atau pencapaian besar, tapi lebih ke pilihan personal yang datang dari kenyamanan dan koneksi yang sehat. Mereka juga lebih mindful dalam menampilkan hubungan di media sosial, nggak anti posting, tapi tahu batasan antara berbagi dan menjaga privasi. Dan buat banyak dari mereka, fase single justru jadi waktu terbaik buat mengenal diri sendiri dan ngerasain kebebasan penuh tanpa perlu kompromi. Jadi, kalau artikel Vogue sempat mempertanyakan 'Is having a boyfriend embarrassing?', buat Gen Z di tim FD, jawabannya mungkin bukan soal malu atau nggak, tapi tentang bagaimana hubungan atau bahkan kesendirian bisa jadi refleksi dari kedewasaan dan pemahaman diri yang lebih dalam.

Posting Komentar

0 Komentar

Posting Komentar (0)
3/related/default